Nilai jual kembali suatu mobil kerap menjadi faktor penentu apakah seseorang akan membelinya atau tidak. Berkaca dari mobil-mobil terlaris, seperti Avanza, memiliki harga jual kembali yang baik di pasaran.

Sementara mobil listrik cenderung memiliki harga jual kembali kurang bagus. Selain karena populasinya sedikit, rupanya ada beberapa kebijakan pemasaran yang tak menguntungkan unit bekasnya

Taufik Trisna, penjual mobil bekas di Bengkel Cak Tris mengatakan mobil listrik bekas harga jual kembalinya memang jatuh, tapi masih terlalu mahal dan berisiko dibeli, untuk dijual kembali.

“Sebagai contoh mobil listrik yang paling kecil saja, Wuling Air EV, itu butuh daya pengisian 2.200 VA, sementara listrik rumah tangga di kalangan menengah ke bawah umumnya sekitar 1.300 VA,” ucap Taufik kepada KOMPAS.com, Senin (24/11/2025).

Menurut Taufik, pasar mobil bekas secara umum diisi oleh orang-orang dengan kemampuan ekonomi menengah. Sehingga, untuk membeli produk baru masih dengan banyak pertimbangan.

“Ada unsur kekhawatiran juga misal beli mobil listrik bekas, yakni berkaitan dengan baterainya yang punya usia pakai, sedangkan harganya sendiri bisa setengah harga unit barunya,” ucap Taufik.

Maka dari itu, harga jual kembali mobil listrik bisa jatuh, dan itu pun masih terlalu mahal bagi sebagian orang. Padahal, ada pilihan mobil konvensional yang kondisinya sehat dan harga lebih terjangkau.

Hardi Wibowo, pemilik bengkel dan showroom mobil bekas Aha Motor Yogyakarta mengatakan harga mobil listrik masih terlalu mahal bila dibandingkan dengan mobil konvensional dengan mesin bakar (ICE).

“Tak semua orang melek teknologi, dan isu polusi udara, saat beli mobil bekas kadang yang diperhatikan bujetnya sampai, mobil sehat, bisa dipakai, dan tak berisiko saat dijual kembali,” ucap Hardi kepada KOMPAS.com, belum lama ini.

Sekalipun harus membeli mobil bekas yang harga jual kembalinya jelek, selama mobil tersebut nyaman dan bisa diandalkan dalam waktu lama, orang akan lebih mempertimbangkannya.

“Tapi kalau mobil listrik kan belum teruji, kebanyakan usia unitnya masih muda, nanti setelah dipakai 10 tahunan lebih seperti apa, dan biaya perbaikannya berapa, ini kan belum ketahuan,” ucap Hardi.

Sementara itu, seorang penjual mobil bekas di Tangerang mengatakan harga jual kembali mobil listrik cenderung jatuh dan diikuti dengan risiko lain.

“Kami juga tak berani menyediakan unit mobil listrik bekas, buat saat ini banyak faktor, salah satunya, garansi baterainya bakal hilang bila jatuh ke pihak ke-dua, pasti harga jualnya turun suka nggak kira-kira, cepat jatuhnya,” ucapnya kepada KOMPAS.com, Senin (24/11/2025).

Banyak kebijakan dan strategi marketing mobil listrik tak menguntungkan pedagang mobil bekas, sehingga wajar saja bila banyak showroom memutuskan tak menjual mobil listrik.

“Itu kesalahan marketing saya kira, ditambah tak semua leasing mau membiayai kredit mobil listrik bekas, itu semakin memperparah harga jual kembalinya,” ucapnya.

Bahkan, showroom mobil bekas ternama, Caroline memiliki kebijakan khusus yakni dilarang menjual mobil listrik karena beberapa pertimbangan.

“Kami tak menjual mobil listrik, bukan karena unitnya di pasaran tidak ada, tapi ini sudah jadi kebijakan perusahaan, kami menjual yang konvensional (ICE) saja,” ucap Caca dari tim digital Caroline, saat dihubungi KOMPAS.com, Minggu (23/11/2025).